Malang – Jika 31 laga tersisa kompetisi Liga 1 2020 (Liga 1 2020/2021), tetap dipastikan tanpa kehadiran penonton hingga akhir kompetisi, manajemen Arema FC harus bersiap-siap kehilangan salah satu pemasukan terbesarnya. Yakni dari ticketing laga kandang. Total dari 17 laga kandang, tim Singo Edan baru melakoni sekali laga. Ketika dipermalukan Persib Bandung 1-2, Maret 2020 lalu, di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang.
Partai yang merupakan salah satu dari tujuh laga berkategori bigmatch tersebut, panpel mencetak atau mendistribusikan 40 ribu lembar tiket, untuk tiga kelas tribun. Masing-masing 37.200 lembar tiket tribun Ekonomi, seharga Rp 40 ribu. Lantas 2.200 lembar tiket tribun VIP Rp 150 ribu dan 600 lembar tiket tribun VVIP, seharga Rp 200 ribu. Laga yang diwasiti Aranda Aprisman itu, hanya ditonton 23.781, orang alias 59,45 persen dari total tiket yang dicetak. Menghasilkan pemasukkan kisaran Rp 570 juta.
‘’Sejak awal memang kami kecewa atau keberatan jika Liga 1 2020 dilanjutkan tanpa kehadiran penonton. Meski jumlahnya dibatasi karena pandemi virus corona. Tentu itu bertolak belakang dengan realita, bahwa Arema salah satu klub di Indonesia, yang memiliki basis suporter terbanyak dan tak sesuai filosofi sebuah laga kompetisi sepak bola,’’ ujar Manajer tim Arema FC, Ruddy Widodo, kepada DI’s Way Malang Post, kemarin.
‘’Tapi kami mengerti. Kondisi bencana global pandemi virus corona, yang memaksa semua pertandingan harus dilangsungkan tanpa penonton. Demi kesehatan dan keselamatan bersama. Untuk semua pihak yang terlibat,’’ imbuhnya.
Sebelumnya, salah satu dari tujuh keputusan PT Liga Indonesia Baru (LIB), tanggal 10 Juli 2020 silam, lewat SK bernomor 244/LIB-COR/VII/2020 tersebut menyatakan, pelaksanaan lanjutan kompetisi Liga 1 2020, dengan title Extraodinary Competition Covid-19 dan dilaksanakan tanpa kehadiran penonton.
Tak pelak hal itu menjadi pukulan telak bagi tim-tim yang memiliki basis suporter besar dan terbanyak. Salah satunya Arema FC. Selain Persebaya Surabaya, Persija Jakarta, Persib Bandung dan PSM Makassar.
Kandang Arema FC, Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, tak hanya dipastikan senyap tanpa kehadiran ribuan Aremania. Apalagi masih ada 16 sisa laga home Liga 1 2020. Tak sekadar sepi, tapi manajemen tim Singo Edan berpeluang merugi kisaran Rp 976,4 juta hingga Rp 1,6 miliar per laga kandang. Hanya dari ticketing penonton saja.
Panpel seperti dalam laga-laga kandang beberapa musim kompetisi, memberlakukan dua kategori laga kandang. Yakni bigmatch dan non-bigmatch dan berbeda dalam harga tiket. Sekali laga kandang di Stadion Kanjuruhan, panpel mencetak 40 ribu lembar tiket atau 88 persen dari total kapasitas stadion 45 ribu orang itu.
Laga bigmatch dari 40 ribu lembar tiket, terdiri dari Tribun Ekonomi 37.300 lembar (Rp 40ribu), Tribun VIP 2.200 lembar (Rp 150 ribu), dan Tribun VVIP 600 lembar (Rp 200ribu). Sedangkan laga non-bigmatch rinciannya Tribun Ekonomi 37.200 lembar (Rp 35ribu), Tribun VIP 2.200 lembar (Rp 100 ribu), Tribun VVIP 600 lembar (Rp150 ribu).
Jika satu laga bigmatch terjadi sold out penjualan 40 ribu lembar tiket, maka panpel bisa meraup pemasukan kotor (bruto) Rp1,938 miliar atau bersih Rp1,688 miliar, setelah dipotong biaya operasional dan pajak tontonan. Sedangkan bila sold out untuk tiket laga non-bigmatch, tim Singo Edan bisa meraih pemasukan kotor Rp 1,752 miliar atau bersih Rp1,502 miliar setelah terpotong biaya operasional/pajak Rp 250 juta.
‘’Opsi menggelar sisa 31 pekan pertandingan Liga 1 2020 pada Februari 2021, jika tetap tanpa penonton, tak lantas menjamin biaya operasional (Rp 250 juta per laga, Red.) klub lebih ringan nantinya. Kalau suporter tetap datang dan berada di luar stadion bagaimana,’’ ungkap Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris.
‘’Keberadaan mereka lalu tanggung jawab siapa? Yang pasti panpel harus bertanggung jawab. Yang jelas klub merugi karena pemasukan tidak ada dari ticketing, sementara pengeluaran sudah pasti tetap besar,” tambahnya.
Hanya saja dalam laga-laga home Arema empat musim Liga 1 2017-2020, tak pernah mencapat tiket sold out alias rata-rata hanya terjual 70 persen dari total 40 ribu lembar tiket atau kisaran 28ribu lembar saja. Namun hingga saat ini, panpel Arema masih bisa bernafas lega. Dari sisi pemasukan penjualan tiket per laga non-bigmatch maksimal Rp 1,226 miliar (bruto) atau maksimal Rp 976,4 juta (netto). Begitu juga per laga bigmatch mencapai maksimal Rp 1,356 miliar (bruto) atau pemasukan bersih maksimal Rp 1,106 miliar.
Jika benar-benar sisa 16 laga kandang, PT LIB bergeming tanpa kehadiran penonton, maka dalam sisa enam laga bigmatch dan 10 laga non-bigmatch, Arema siap-siap kehilangan pendapatan relatif besar. Dalam hitungan prediksi tiket sold out dalam 16 laga sisa di kandang, Arema kehilangan kisaran Rp 20,630 miliar (netto) hingga Rp22,380 miliar (bruto). (act/rdt)
Laga Kandang Bigmatch
versus Persija Jakarta
versus Persib Bandung
versus Persebaya Surabaya
versus Persipura Jayapura
versus Madura United
versus Bali United
versus PSM Makassar
Laga Kandang Non-bigmatch
versus Borneo FC
versus Barito Putera
versus Bhayangkara FC
versus PS TIRA-Persikabo
versus Persita Tangerang
versus Persela Lamongan
versus Persik Kediri
versus PSIS Semarang
versus PSS Sleman
versus Persiraja Kota Raja (Banda Aceh)
** Prediksi rekap ticketing sold out laga kandang Arema FC
Ticketing laga bigmatch
Kapasitas maksimal stadion : 45.000 orang
Cetak tiket : 40.000 lembar
Jika tiket sold out : Rp1.938.000.000 (bruto)
Biaya operasional/pajak : Rp250juta
Pemasukan bersih : Rp1.688.000.000 (netto)
Tribun Ekonomi : 37.300 lembar (Rp40ribu)
Tribun VIP : 2.200 lembar Rp 150ribu)
Tribun VVIP : 600 lembar (Rp200ribu)
Ticketing laga non-bigmatch
Kapasitas maksimal stadion : 45.000 orang
Cetak tiket : 40.000 lembar
Jika tiket sold out : Rp1.752.000.000 (bruto)
Biaya operasional/pajak : Rp250juta
Pemasukan bersih : Rp1.502.000.000 (netto)
Tribun Ekonomi : 37.200 lembar (Rp35ribu)
Tribun VIP : 2.200 lembar Rp 100ribu)
Tribun VVIP : 600 lembar (Rp150ribu)
** Prediksi total rekap sold out ticketing sisa 16 laga kandang Arema FC
Total : Rp22,380 miliar (bruto)/Rp20,630 miliar (netto)
Laga non-bigmatch : Rp1,752 miliar (bruto)/Rp1,502 miliar (netto) x 10 laga = Rp10,752 miliar (bruto)/Rp10,502 miliar (netto)
Laga bigmatch : Rp1,938 miliar (bruto)/Rp1,688 miliar (netto) x 6 laga = 11,628 miliar (bruto)/Rp10,128 miliar (netto)