Malang – Chief Executive Officer (CEO) Daya Qarsa, Apung Sumengkar mengatakan: Menyelamatkan bisnis keluarga sangat vital. Khususnya di era pandemi. Karena bisnis keluarga inilah wajah dari legacy, budaya Indonesia.
“Sebuah bisnis yang mengedepankan nilai-nilai keluhuran keluarga. Sekaligus menempatkan profesionalisme sebagai ujung tombak kemajuan bisnisnya, tahun demi tahun,” ujar Apung yang perusahaannya bergerak di bidang konsultasi transformasi bisnis holistic, belum lama ini.
Sebagian besar dari kita pernah mendengar survey yang dirilis oleh Small Business Administration Survey di Amerika Serikat. Mengungkapkan, lebih dari 70 persen bisnis keluarga tidak dapat bertahan melewati generasi kedua.
Lebih mengenaskan, delapan persennya tidak dapat melewati hingga generasi ketiga. Berbagai alasan bisa dikemukakan untuk menjawabnya.
“Namun kami di Daya Qarsa telah mengidentifikasi empat komponen utama yang menjadi determinan utama dalam keberlangsungan bisnis keluarga. Keempatnya yakni, tentu saja yang pertama, aspek Family, selanjutnya Ownership, lalu Wealth Management dan terakhir Business Portfolio & Governance,” ujar Apung yang telah berkarier lebih dari 15 tahun di perusahaan-perusahaan konsultan Asia Tenggara, Jepang dan Eropa, seperti McKinsey dan Deloitte.
Selain itu inovasi sangat penting. Karena aspek inilah kata Apung, yang membedakan antara yang bertahan dengan yang terlindas zaman. Antara pemenang dengan pecundang.
“Tak heran, Bapak Manajemen Modern, Peter Drucker mengumandangkan dengan tegas: innovate or die, berinovasi atau mati,” jelas Apung yang menempuh pendidikan Strata-1 Teknik Industri di Universitas Indonesia, MBA Manajemen Strategis di RSM Erasmus University, Belanda, dan kandidat PhD Manajemen Strategis Universitas Indonesia.
Lantas adakah perusahaan keluarga di Indonesia yang telah melakukan inovasi demi menyelamatkan bisnisnya di masa pandemi ini? “Banyak,” ujarnya.
Apung menambah,untuk melakukan inovasi perusahaan harus memahami berbagai jenis inovasi disruptif (teknologi, budaya konsumen, model bisnis dan sebagainya). “Karena pemahaman tersebut merupakan faktor utama yang akan menyelamatkan perusahaan keluarga dalam menghadapi krisis Covid-19,” pungkasnya. (Idp/jan)