Jakarta – Beredarnya video yang menunjukan sekelompok orang yang mengubah kalimat azan dari ajakan salat menjadi jihad, ditanggapi oleh Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah. Basarah mengatakan Nabi Muhammad SAW tidak pernah mengubah kata-kata dalam azan. Bahkan sejak nabi akhir zaman itu menerima wahyu diturunkannya perintah berazan sebelum salat wajib lima waktu.
“Sejak menerima wahyu tentang azan, Nabi Muhammad SAW tak pernah mengubah redaksi azan. Rasulullah SAW memang pernah menambah redaksi azan, tapi itu saat terjadi cuaca ekstrem, misalnya hujan deras dan angin kencang, yang intinya memberitahu umat agar salat di rumah masing-masing. Tapi, Nabi tidak pernah mengganti redaksi azan dengan kata jihad,” jelas politisi PDI-P tersebut dalam keterangannya, Rabu (2/12).
Basarah menyebut, lafal azan yang diterima umat Islam sedunia adalah seperti yang dikumandangkan di Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
“Jika ada orang mengubah lafal azan, misalnya menambah kalimat hayya alal jihad, itu bertentangan dengan azan di dua masjid suci di Arab Saudi itu. Mereka berarti sudah membuat ajaran baru yang tidak diajarkan dalam Islam,” tegas Basarah.
Lebih lanjut Basarah bercerita tentang asal usul kalimat dalam seruan azan yang merupakan wahyu Allah SWT yang diturunkan dalam mimpi sahabat bernama Abdullah bin Zaid. Dalam beberapa buku sejarah Islam yang ia baca, ketika berada di antara tidur dan terjaga, sahabat Nabi Muhammad SAW itu melihat seorang lelaki memakai dua pakaian serba hijau berkeliling sambil membawa genta.
Saat Abdullah meminta genta itu untuk dijadikan alat pemanggil salat, lelaki dalam mimpi itu kemudian menawarkan lafal-lafal azan sebagai penggantinya. Lelaki dalam mimpi itu berkata kepada Abdullah bin Zaid, “Bila engkau hendak berdiri salat maka ucapkanlah, ‘Allahu Akbar, Allahu Akbar. Asyhadu alla ilaha illallah. Asyhadu anna Muhammadarrasullulah. Hayya ‘alash sholah (2 kali). Hayya ‘alal falah (2 kali). Allahu Akbar, Allahu Akbar. La ilaha illallah.”
Setelah mendapatkan mimpi itu, Abdullah bin Zaid lantas menghadap Nabi SAW untuk menceritakan mimpinya itu. Rasulullah SAW lalu bersabda, “Sesungguhnya mimpi itu benar. Insyaallah. Maka berdirilah (pergilah) kau kepada Bilal karena suara Bilal itu lebih tinggi dan lebih panjang, lalu ajarkan Bilal apa yang telah disampaikan lelaki dalam mimpi itu kepadamu dan hendaklah bilal memanggil orang bersalat dengan sedemikian itu.”
Setelah sang muazim Bilal bin Rabah menyerukan azan seperti yang diajarkan Abdullah bin Zaid, Umar bin Khathab kemudian datang tergesa-gesa kepada Nabi SAW lalu berkata, “Ya Rasulullah, demi zat yang telah mengutus engkau dengan benar, sungguh semalam saya telah bermimpi sebagaimana yang diucapkan Bilal. “Mendengar ucapan Umar itu, Nabi SAW bersabda: Segala puji bagi Allah, demikian itulah yang lebih tetap.”
Berdasarkan cerita tersebut, Basarah menegasakan, kalau ada yang mengubah kalimat azan dengan hayyal alal jihaad, pasti sudah mengubah ajaran Islam, dan tergolong bid’ah. Ia juga meminta kelompok yang mengubah lafal azan tersebut, untuk menghentikan perbuatan yang dikhawatirkan dapat memecah belah umat Islam.
“Apakah mereka sudah menodai agama Islam, saya mengembalikannya kepada umat Islam Indonesia, bahkan umat Islam dunia. Mari kita tanya, apakah mereka rela syariat agama mereka diubah-ubah? Selama ini umat Islam sedunia bersatu dalam syariat dan keyakinan atau tauhid,” jelas Wakil Ketua Lazisnu PBNU itu.
Lebih lanjut anggota DPR RI Dapil Malang Raya ini mnegatakan perbedaan mazhab fiqih merupakan hal yang biasa.Namun soal azan, umat Islam sedunia selama ini sudah sepakat dengan lafaz azan di dua masjid suci di Arab Saudi. (dtk/anw)