Jakarta – Rasio pemulihan (recovery rate) kasus positif Covid-19 di Indonesia, meningkat dari minggu lalu. Angkanya 83,92 persen, minggu ini menjadi lebih dari 84 persen. Sedangkan lebih dari 3,5 juta penduduk Indonesia, telah diuji PCR (swab). Hanya 14 persen yang terkonfirmasi positif Covid-19. Untuk memperkuat pelacakan kontak (tracing), Kementerian kesehatan memasang target 1:30. Artinya, satu pasien positif, 30 kontak terdekat pasiena kan dilacak.
‘’Upaya lain yang tengah dilakukan pemerintah, untuk menekan penularan Covid-19 adalah mewujudkan program vaksin untuk rakyat. Saat ini tengah disiapkan vaksin dan tata laksana imunisasinya nanti. Kemenkes juga telah melatih lebih dari 8.600 vaksinator dari 23.000 vaksinator. Mereka disiapkan untuk mendukung kampanye imunisasi nanti,’’ terang dr. Reisa Broto Asmoro, dalam dialog Juru Bicara Pemerintah dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru.
Selain dr Reisa, juga hadir pakar imunisasi, dr. Jane Soepardi, MPH., yang mengatakan. Sebelum vaksin ditemukan, kematian karena penyakit menular seperti campak, difteri dan pneumonia, banyak sekali.
‘’Dengan lahirnya vaksin-vaksin ini, penyakit-penyakit menular berbahaya tersebut, sudah hilang. Tapi masyarakat sering tidak menyadarinya. Masyarakat harus terus-menerus diberi pengetahuan, penyakit apa saja yang berhasil dicegah dengan imunisasi. Jangan sampai nanti lupa, kemudian menghindari vaksin. Akibatnya muncul kembali penyakit-penyakit lama,’’ ujar dr Jane.
Dalam merancang kampanye imunisasi, kata dr Jane, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. Pertama, harus punya vaksin. Itu pun bukan sembarang merek. Karena Indonesia punya prinsip, vaksin yang digunakan harus sudah terdaftar di WHO.
Faktor kedua yang perlu dipersiapkan, tambahnya, adalah alat penyimpanannya. Ketiga, penentuan lokasi imunisasi. Biasanya menggunakan satu lokasi tertentu, agar mudah diakses masyarakat.
‘’Terpenting juga, orang yang akan diimunisasi. Kalau bisa sudah ada daftar nama yang dipegang petugas. Kemudian tambahannya adalah relawan yang membantu lalu lintas di lokasi nantinya,’’ terang dr. Jane.
Dukungan penyuluhan dan sosialisasi yang terencana, imbuhnya, harus dipersiapkan jauh hari sebelumnya. Agar saat datang ke lokasi, imunisasi sudah siap. Termasuk sudah mendapat informasi yang cukup, mengenai program tersebut. Pelaksana program imunisasi ini, harus profesional di bidangnya.
‘’Di setiap kali kampanye, selalu ada masalah yang baru. Kalau tidak memiliki pengalaman sebelumnya, akan berbahaya. Jadi penting sekali untuk imunisasi yang akan datang, jangan sampai orang yang tidak mengerti sama sekali, diberi tugas dan tanggung jawab,’’ tegasnya.
Beruntung di Indonesia ini, katanya, kader-kader imunisasi di setiap desa, sudah ada dan berpengalaman melakukan pelayanan imunisasi. Tinggal nanti bisa ditambah dari unsur pramuka, karang taruna dan petugas siskamling.
‘’Meskipun vaksin akan datang, kita harus tetap disiplin menerapkan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak aman). Mari kita praktikan 3M tersebut, sebagai satu-kesatuan. Karena 3M ini satu paket. Terakhir, jangan takut diimunisasi,’’ tutup dr. Reisa. (SPC19 /rdt)