Malang – Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit tidak menular (non-communicable disease) yang menempati prevalensi tertinggi di Indonesia berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Ditinjau menurut jenis kelamin, prevalensi PJK lebih tinggi pada perempuan (1,6%) dibanding laki-laki (1,3%).
Setidaknya tiap 15 dari 100 orang, atau sekitar 2.784.064 individu di Indonesia menderita penyakit jantung. Pada era pandemi Covid-19 ini, PJK seketika menjadi momok yang amat menakutkan. Mengapa? Ini disebabkan PJK dapat menjadi komorbid (penyakit penyerta) yang memberatkan kondisi pasien apabila sampai terinfeksi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
Pada kasus yang tidak dapat lagi ditangani dengan obat-obatan, tindakan invasif menjadi satu-satunya opsi. Entah itu lewat pemasangan stent ataupun bedah jantung. Pasien yang dilakukan tindakan bedah jantung terbuka adalah mereka yang mengalami kelainan pembuluh darah sedemikian, sehingga tidak mungkin lagi dipasang ring atau berisiko tinggi apabila dipasang ring.
Instalasi Pelayanan jantung Terpadu (IPJT) RSUD dr Saiful Anwar (RSSA) Malang terhitung mulai Sabtu (21/11) telah berhasil melakukan operasi bedah jantung terbuka melalui prosedur Coronary Artery Bypass Graft (CABG) yang ketujuh kali. Ditandai dengan pembedahan pasien yang dimulai pada pukul 09.15 WIB.
“Bedah jantung terbuka ini diharapkan menjadi sokoguru dalam menunjang pelayanan jantung di Kota Malang yang didukung penuh oleh RSSA dan di bawah pengawasan dan pelaksanaan dari IPJT,” kata Ketua Tim Persiapan Bedah Jantung RSSA Malang, Prof. dr. Mohammad Saifur Rohman, Sp.JP(K), Ph.D.
Lebih lanjut, Saifur Rohman menambahkan bahwa eskalasi pasien jantung Kota Malang memang terbilang sangat besar, sehingga seringkali sampai harus merujuk pasien ke rumah sakit besar di Surabaya atau Jakarta, Kalau dibayangkan, kasus pasien jantung di Saiful Anwar yang berobat dengan pemasangan ring sekitar 1.000-2.000 pasien, maka 10% nya membutuhkan tindakan bedah. “Dengan adanya bedah jantung terbuka ini, maka pasien tidak perlu lagi harus segera dirujuk ke Surabaya atau Jakarta,” papar Saifur Rohman.
Pelaksanaan bedah jantung terbuka di RSSA berkolaborasi dengan para dokter secara multidispiliner lewat konferensi bedah. Meliputi dokter bedah jantung, dokter anestesi, critical care, jantung intervensi, dan juga keperawatan. Bekerjasama dengan tim dari RSUD Dr Soetomo Surabaya, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, serta Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Terkait masa pandemi ini, pasien yang akan menjalani prosedur operasi diwajibkan melakukan pemeriksaan laboratorium darah, foto rontgen dada, hingga rapid test atau swab test, untuk mengetahui apakah pasien positif terinfeksi Covid-19 atau tidak. Apabila hasil tes positif, maka tim dokter menyarankan pasien menunda operasinya, dengan catatan kondisi pasien tidak darurat dan tidak memerlukan operasi dalam waktu cepat. Pasien yang masih harus menunda operasi akan diberikan obat-obatan untuk menjaga kondisi jantung sembari mengikuti perawatan penanganan Covid-19 terlebih dahulu.
Kabid Pelayanan Medik RSSA, dr. Widodo Mardi Santoso, Sp.S(K), menyatakan prosedur ini merupakan kontribusi terbaik dari kedua rumah sakit kepada masyarakat Jatim untuk meningkatkan kesejahteraan dari segi kesehatan,
“Ini sebagai bakti dari Aparatur Sipil Negara dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Harapan kami agar pihak-pihak terkait, khususnya RSSA, dapat meningkatkan kemampuan, sehingga prosedur CABG ini ke depannya dapat dilakukan secara mandiri di Malang dan di RSSA,” kata Widodo Mardi Santoso.(jof/ekn)