Selama Pandemi Corona, peran digital paling mencolok diaplikasikan dalam dunia pendidikan. Bukan karena arah kebijakan pemerintah, melainkan kondisi pandemi Covid-19 yang memaksa untuk belajar di rumah masing-masing. Tanggungjawab pendidikan lebih diprioritaskan kepada orang tua murid dari pada guru atau sekolah. Kegiatan belajar mengajar di kelas digantikan secara daring dengan segala permasalahan yang sering dikeluhkan oleh guru dan siswa.
Sebelum pandemi, Nadiem Makarim (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI) merencanakan prioritas program pendidikan seperti; melakukan penyisiran anggaran dan aktivitas mulai dari sekolah dasar (SD) hingga perguruan tinggi (PT), memeriksa struktur kelembagaan untuk mendukung pembelajaran siswa, menggerakkan program revolusi mental melalui suatu konten pembelajaran, dan pengembangan teknologi. Selebihnya adalah mendorong peningkatan angkatan kerja yang terampil dan berdaya saing.
Namun baru setahun mencicipi kursi pemerintahan, pandemi Covid-19 memaksa Nadiem banting stir dengan kebijakan strategis menyelematkan dunia pendidikan di tengah ancaman kesehatan atau keselamatan masyarakat. Bulan lalu, Nadiem menyusun program-program prioritas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk tahun 2021:
- Sekolah dan guru penggerak melalui sertifikasi guru dan tenaga pendidikan, peningkatan kompetensi dan kualifikasi GTK, penjaminan mutu advokasi daerah dan sekolah, dan pembinaan peserta didik.
- Pembiayaan pendidikan melalui Program Indonesia Pintar/ Kartu Indonesia Pintar Sekolah, tunjangan profesi guru, KIP Kuliah dan pembinaan Sekolah Indonesia Luar Negeri.
- Program kampus merdeka yang akan membantu transformasi perguruan tinggi menjadi universitas yang lebih otonom dan akuntabel.
- Peningkatan kualitas kurikulum dan asesmen kompetensi minimum.
- Digitalisasi sekolah dengan aktualisasi bahan belajar dan model media pendidikan digital, penyediaan sarana pendidikan (peralatan TIK), penguatan platform digital, dan konten pembelajaran di program TVRI.
- Revitalisasi pendidikan vokasi yang akan memfasilitasi “pernikahan massal” antara unit pendidikan vokasi dengan industri.
- Pemajuan Budaya dan Bahasa.
Menteri Terbaik
Berdasarkan lembaga survei Indo Barometer dalam setahun pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin, Nadiem Makarim didaulat menjadi menteri terbaik kedua setelah Prabowo Subianto dalam kabinet Indonesia Maju. Dengan 16,3% dari total responden, Nadiem dipilih karena pintar atau intelektual, banyak program terobos, mampu meningkatkan pelayanan pendidikan, cara kerjanya yang bagus, serta muda dan berbakat.
Namun penilaian tersebut tidak menjawab substansi dari kualitas sistem pendidikan di Indonesia. Apalagi sebelumnya Nadiem Makarim kerap mendapat sorotan publik dengan kebijakan yang tidak populer. Pembayaran SPP via GoPay, wacana belajar daring secara permanen, hingga kerjasama dengan Netflik. Selain itu juga ramai diperbincangkan Program Organisasi Penggerak yang sempat ditolak oleh NU dan Muhammadiyah.
Dalam perjalannya, Nadiem Makarim dianggap sebagai “perebut jatah kursi menteri” karena usainya yang paling muda di antara lainnya. Founder dari Gojek Indonesia ini lahir di Singapura pada 4 Juli 1984 dan belum mempunyai pengalaman di bidang perpolitikan Indonesia. Alasan Jokowi menunjuk Nadiem karena dianggap paham mengenai pengelolaan dan penggunaan internet of Things (IoT), artificial Intelligence, hingga big data. Peran teknologi dalam dunia pendidikan akan semakin besar untuk menciptakan efisiensi, kualitas, dan sistem administrasi pendidikan di Indonesia.
Penilaian Sistem Pendidikan
CEOWORLD magazine pada Januari hingga April 2020 merilis negara-negara dengan pendidikan terbaik di dunia. Penilaian ini didasarkan pada pengembangan sistem pendidikan publik, kualitas pendidikan, serta hasil pemungutan pendapat terhadap ribuan responden mengenai negara dan universitas mana yang ingin mereka datangi untuk bersekolah. Selain itu juga dinilai dari hasil penjajakan pendapat kalangan mahasiswa, pendidik, profesor, ahli bidang pendidikan, para eksekutif bisnis dunia, dan pihak-pihak terkait lainnya.
Inggris, Amerika Serikat, dan Australia bertururt menduduki 3 urutan teratas dengan sistem pedidikan terbaik di dunia. Sedangkan Indonesia berada di urutan ke-70 dari total 93 negara yang disurvei. Keterpurukan pendidikan di Indonesia disebabkan karena penerapan Kurikulum 2013 yang menekankan pada penyederhanaan aspek penilaian siswa oleh guru, tidak adanya pembatasan proses berpikir siswa, menerapkan teori 5M (mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mencipta), mendukung proses belajar di kelas yang menyenangkan tanpa mengubah struktur mata pelajaran dan lama waktu belajar.
Berbeda dengan penilaian dari World Economic Forum, sistem pendidikan terbaik di dunia adalah negara Finlandia. Penilain tersebut berdasarkan sistem pendidikan yang berkelanjutan. Pemerintah tidak ikut campur dalam proses pendidikan karena menyerahkan otoritas penuh kepada sekolah dan guru. Pemerintah hanya mendukung aspek finansial dan legalitas pendidikan. Di Finlandia juga tidak ada ulangan atau ujian nasional yang bisa menghilangkan minat bakat siswa. Metode ini yang juga ikut diterapkan Nadiem dalam salah satu program andalannya.
Perekrutan guru yang berkualitas, sarana prasarana pendidikan yang memadai, dan pembelajaran yang santai menjadikan siswa lebih produktif dalam belajar. Banyak tugas yang harus diselesaikan Nadiem Makarim agar layak mendapatkan predikat menteri terbaik. Mendandani sistem pendidikan Indonesia yang sudah terlanjur membudaya tidak cukup hanya mengiklankan kemampuan mengoprasikan pendidikan digital. Perlu kecakapan manajemen pemerintahan, komunikasi politis, hingga penyesuaian iklim baru pendidikan bertaraf internasional.
Jika dirasa sulit mengaplikasikan kebijakan strategis pendidikan negara-negara maju, setidaknya bisa mengejawantahkan program unggulan Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Indonesia) yang sistemnya banyak diadopsi negara lain untuk membangun pendidikan di negara meraka.
Penulis : Joko Yuliyanto Penggagas komunitas Seniman NU