Batu – PT Among Tani Indonesia adalah pihak swasta yang ambil bagian dalam proyek pembangunan kereta gantung di Kota Batu. Karena, dalam Peraturan Presiden (Perpres) No 80 Tahun 2019, bahwa pendanaan proyek ini dari swasta.
Komisaris Utama PT Among Tani Indonesia, Tomy B Satrio mengatakan, proyek ini sudah ada sejak lama. Pemrakarsanya Pemkot Batu. Juga telah ada payung hukumnya. Yakni Perpres No 80 Tahun 2019. Menjadi proyek strategis nasional dengan biaya dari swasta.
“Dengan dasar itu ada keinginan dari PT INKA bergabung dan bekerjasama dengan PT Among Tani Indonesia sebagai pihak swasta,” ujar Tomy.
Salah satu hal paling penting dalam proyek ini, lanjut Tomy, pihaknya akan tetap mengajak partisipasi masyarakat. Terutama masyarakat Kota Batu agar memiliki saham.
“Jika nanti INKA mendapat pinjaman dana dari pihak lain, ya, itu urusannya INKA. Tetapi yang jelas kami berkeinginan melakukan kolaborasi. Dengan tujuan, proyek ini segera terwujud. Secara garis besarnya kepemilikan masyarakat akan tetap ada,” jelas dia.
Dipaparkan Tomy, masyarakat bisa berpartisipasi melalui koperasi-koperasi yang akan dibentuknya. Karena, jika kepemilikan langsung ke masyarakat dan tak melalui koperasi, terdapat peraturan otoritas jasa keuangan (OJK) yang membatasi. Yakni hanya bisa dimiliki 300 orang saja.
“Jika sudah di atas 300 orang, masuk dalam kategori perusahaan terbuka. Karena sementara ini PT Among Tani Indonesia masih perusahaan tertutup. Maka dari itu masih dibatasi hingga 300 orang saja yang bisa memiliki saham,” ungkapnya.
Pihaknya mengetahui animo masyarakat sangat besar untuk berpartisipasi dalam proyek kereta gantung ini. Maka dari itu, ia membentuk koperasi. Karena dia berasumsi, jumlah masyarakat yang akan bergabung dalan kepemilikan saham bisa lebih dari 300 orang.
“Saat ini saja sudah banyak yang datang ke kami. Menanyakan bagaimana cara membeli saham dan segala macamnya. Maka dari itu kami akan membentuk koperasi. Yang nantinya melalui koperasi itu masyarakat bisa menyalurkan partisipasinya,” ujar dia.
Saat ini proyek ini telah mencapai masa pembahasan siapa yang akan menjadi project owner, suplayer, dan kontraktor. Itu semua akan ditentukan secepatnya. Tujuannya agar proyek segera terlaksana.
“Untuk kolaborasi sangat dimungkinkan dari Austria yakni Doppelmayr Geraventa Group akan membuat mesinnya dan PT INKA akan membuat gerbongnya. Karena disini kami sangat berkeinginan memiliki lokal konten. Komponen dari dalam negeri untuk proyek-proyek yang ada di Indonesia,” ungkapnya.
Produksi utama berkaitan dengan keselamatan seperti mesin, kabel, dan instalasi, dari Austria. Sedang kabinnya kini masih dalam proses negosiasi antara Doppelmayr Geraventa Group Austria dengan INKA.
“Untuk tahap awal ini kami akan mengerjakan sejauh 5 Km dulu. Dana keseluruhan pembangunan sekitar Rp 300 miliar sampai Rp 400 miliar,”pungkasnya.(ant/ekn)