Anne Gerenetet, salah satu anggota Perlementer Prancis menghimbau kepada warga negaranya yang ada di negara lain salah satunya di Indonesia, agar selalu bersikap waspada serta hati-hati, jauhi keremunan aksi, antisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yaitu tindak kekerasan. TVOnews, (11/20).
Ungkapan Anne Generenetet tersebut menuai kritikan masyarakat, terkhususnya aktivis Muslim. Yah, sekaan-akan Islam mengajarakan kepada umatnya agar berlaku rasis-diskriminatif, serta kekerasan. Dan juga, seakan-akan pula negara Indonesia yang mayoritasnya Muslim sangat berbahaya dan harus dijauhi. Perlu diperhatikan, Islam adalah agama yang cinta damai, begitu pula Indonesia negara yang penuh dengan kedamaian, cinta persatuan walaupun banyak perbedaan, aliran dan golongan, Indonesia tetap memegang teguh tali persaudaraan yang sangat erat.
Hal yang dilakukan umat Islam yaitu memboikot produk Prancis, ialah suatu upaya protes, kritikan serta sebagai bentuk unjuk rasa-perlawanan kepada pemerintah Prancis yang telah menghina Nabi Muhammad SAW, karena mereka sangat tidak rela jikalau Nabinya dihina. Tetapi, bukan berarti hal tersebut adalah suatu bentuk bahwa Indonesia membenci atau memusuhi warga negara Prancis, sama sekali tidak. Karena sebenarnya dalam masalah ini tidak ada kaitannya dengan warga Prancis, yang umat Islam kecam ialah hanya presidennya yaitu Emanuel Macron.
Yah, Emanuel Macron yang sangat phobia terhadap agama Islam sampai-sampai dia menghina Nabi Muhammad SAW lewat postulatnya. Oleh karenanya, sepatutnya warga negara Prancis terkhususnya kepada Anne Grenetet tidak perlu membuat kegaduhan, tidak perlu risau atau takut warga negaranya yang ada di Indonesia. Yang pastinya warga negara Prancis yang ada di Indonesia aman, dan selamat. Karena Indonesia salah satu negara mayoritas Muslim terbesar di dunia sangat menjunjung tinggi nilai persatuan dan kedamaian-solidaritas yang tinggi. Adapun tersebar luasnya berita bahwa Indonesia melakukan hal anarkisme, rasisme, dan kekerasan terhadap warga negara Prancis, itu dipastikan hoax. Berita tersebut sengaja di sebarkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab yaitu para kafirun, musuh-musuh Islam yang ingin memecah bela umat, yang ingin membuat kerusuhan, kegaduhan, memfitnah, propoganda, serta pemusushan antara warga negara.
Presiden Emanuel Macron Segara Minta maaf
Pernyataan Emanuel Macron dan maajalah Charlie Hebdo yang menimbulkan kemarahan umat Islam diseluruh dunia, selain berdampak buruk pada negaranya sendiri, juga yang pasti akan berdampak pula pada esksistensi dunia; hubungan antar negara diseluruh dunia mengalami kelonggaran, tidak harmonis lagi, yang puncaknya dunia dipenuhi dengan berbagai polemik; kerusuhan serta kegaduhan di mana-mana. Karena mayoritas Muslim bukan hanya pada satu negara, bahkan seluruh dunia Islam salah satu agama yang paling banyak.
Oleh karenanya, agar masalah tersebut tidak berkelanjutan, Emanuel Macron yang memulai menyalakan kobaran api harus pula memadamkannya, yaitu segera meminta maaf dan mencabut kembali pernyataannya kepada seluruh umat Islam diseluruh dunia. Jikalau tidak, dunia akan mengalami ketimpangan yang sangat bias, dunia akan saling memusuhi, saling dendam, yang berakibatkan berbagai kekacuan yang sangat bias. Yang pastinya jikalau yang bersangkutan meminta maaf atas kesalahanya, umat Islam, bukan saja di Indonesai tetapi di seluruh dunia pasti memaafkannya. Sehingga api permusuhan yang sudah telanjur berkobar bisa dipadamkan lagi. Yah, karena Islam serta pemeluknya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kedamaian, dan itu pula prinsip agama Islam. Sebagaimana di terangkan dalam Alquran, “Wa in janaḥụ lis-salmi fajnaḥ lahā wa tawakkal ‘alallāh, innahụ huwas-samī’ul-‘alīm” [al-Anfal:61].
Konsep Kebebasan Perlu, Asalkan Pada Tempatnya
Kebebasan berpendapat, berekspresi, berkumpul, dan lain-lain adalah hal yang harus diakui serta dijunjung tinnggi oleh suatu negara. Walaupun konsep kebebasan tersebut dijamin oleh Undang-Undang, bukan berarti semaunya kita melakukan hal tersebut.
Pengakuan Emanuel bahwa apa yang dia katakan semata-mata untuk menghargai dan menghormati kebebasan berekspresi rakyatnya. Alasan ini tidak bisa kita terima, karena perlu diketahui yang namanya kebebasan berekspresi itu harus ada batasan-batasan tertentu.
Mungkin saja Emanuel terlalu “cinta buta” sama rakyatnya, walaupun rakyatnya melakukan hal kemudaratan tetap saja ia meng-iyakan. Sehingga ia lupa meletakan konsep kebebasan yang seharusnya berada pada jalur shahih, tapi malah ditempatkan pada jalur yang maudhu’.
Petik Ibrahnya dan Amalkanlah
Kasus tersebut menjadi pelajaran baru khususnya kepada Presiden dan masyarakat diseluruh dunia. Agar, jikalau kita berharap negara satu dengan negara lain diseluruh dunia mempunyai hubungan yang harmonis yang erat sekali, tetap tenang, damai, saling menerima, membantu, serta bekerjasama dengan baik. Maka, kita harus menjaganya dengan tidak saling menghina, membenci, memusuhi, atau merendahkan warga negara yang lain, agama serta keyakinannya, sosial-budayanya atas alasan dan dasar apapun itu tidaklah perbolehkan.
Catatan Kritis & Muhasabah
Terakhir dari penulis, selaku aktivis Muslim. “Bahwa jikalau kopiah tidak pas ukuran dengan kepala, jangan salahkan kepalanya, tapi gantilah kopiahnya dengan ukuran yang besar sesuai dengan ukuran kepalanya. Begitu pula dengan agama Islam, jikalau terdapat kerancuan, kemelencengan, atau keburukan yang terjadi, jangan sekali-kali menyalahkan Islamnya, karena agama Islam turun dengan penuh cahaya hikmah dari Allah lalu dibawa oleh Rasulullah yang sangat tidak masuk akal jikalau terdapat kesalahan ataupun kesesatan di dalam ajaranya maupun keyakinannya.”
Penulis : HELMI RIZKIH SAPUTRA
Aktivis IMM Malang. Dan Mahasiswa prodi Hukum keluarga Islam FAI-UMM.