Malang – Indonesia memiliki tanggung jawab yang besar. Sebagai negara dengan umat Islam terbesar di dunia. Ikut bertanggungjawab menghadapi tudingan negatif tentang Islam yang datang dari bangsa Barat.
“Indonesia harus mampu menunjukkan Islam yang rahmatan lil alamin,” ujar Wakil Presiden RI, Prof Dr (HC) KH Ma‘ruf Amin MA.
Itu disampaikan saat memberikan pengarahan, Selasa (10/11) siang. Dilakukan daring, karena masih pandemi civid-19. Pada puncak peringatan Hari Santri 2020 dan Dies Natalis FISIP-UB ke-17. Bertema, Peran Santri di Era Milenial dan Disruptif Digital.
Saat ini, dikatakan Wapres, terdapat banyak tantangan terhadap Islam. Berawal dari ketidakpahaman masyarakat Barat, Amerika Serikat (AS) dan Eropa mengenai Islam. Tantangannya berupa kesan negatif terhadap Islam. Termasuk Islamphobia.
Kyai Ma’ruf menyebutkan, negara-negara Islam dinilai sebagai negeri konflik dan penuh kekerasan. Sekitar 41 persen warga AS, menilai Islam mendorong munculnya terorisme dan kekerasan. 44 persen menganggap Islam tidak bisa beriringan dengan demokrasi.
“Islamphobia meningkat di AS dan Eropa. Persoalan terbaru terjadi di Perancis,” ujarnya. Kondisi internal negara Islam, lanjut Ma’ruf, juga perlu perhatian.
Antara lain, kondisi sosial ekonomi umat yang masih memprihatinkan. 350 juta orang di negara OKI berpenghasilan di bawah $ 1,25 per hari. Tingkat pengangguran juga di atas rata-rata pengangguran dunia.
Terkait dengan itu, di Indonesia diyakininya, pesantren sebagai pusat pendidikan keagamaan yang moderat. Mampu menangkal dan melindungi masyarakat dari radikalisme.
Ia menyebutkan jumlah pesantren di Indonesia sekitar 28 ribu dengan sekitar 18 juta santri. “Pesantren ikut mengembangkan Islam yang rahmatan lil alamin,” tegasnya. Karena itu, Ma’ruf Amin minta perguruan tinggi untuk membangun jaringan dengan pesantren.
Khususnya dalam pendidikan sains dan teknologi. Kondisi pandemi menjadi awal yang tepat, untuk membangun jaringan melalui teknologi informatika. (roz/jan)