Batu – UNTUNG senandung kebyar-kebyar masih dipahami liriknya oleh milenial sekarang, sehingga semangat pertempuran besar pertama para pahlawan bangsa melawan penjajah berdurasi 3 minggu dan 3 hari –(27 Oktober sampai 20 November 1945)— itu, masih gampang dihayati. Jarak puncak peristiwanya, per 10 november hari ini, adalah 75 tahun. Tapi getar keberanian –yang menorehkan kemenangan secara strategis, politik dan psikologi sehingga proklamasi merdeka 17 Agustus kokoh— bisa dibayangkan. Lagu, lukisan, foto, tulisan-tulisan dan audio visual sejarah, gampang ditemukan.
Ribuan arek-arek Malang turun ke Surabaya ketika itu. Termasuk ketika terdesak, menyiapkan perlawanan dari kampung-kampung. Arek-arek itu, sekarang bukan lagi arek. Sebagian besar sudah tiada. Sebagian yang tersisa berada dalam wadah Legiun Veteran RI. Pemerintah merawat.
Pemkot Batu di antara yang menonjol merawatnya. Dibikinkan rumah. Juga insentif hingga Rp 4 juta dalam setahun. “Alhamdulillah, sejak era Eddy Rumpoko sebagai walikota, sampai saat ini, kami mendapat insentif itu dari Pemkot Batu,” kata Ketua LVRI Kota Batu, Handri Isriawan, kemarin. Juga diberi kantor bagus. Dibangunkan perumahan, 8 unit, lengkap, pada 2018, diresmikan Walikota Dewanti. Perhatiannya masih terus berlanjut hingga kini.
Jumlah veteran di Batu tinggal 45 orang. Rata-rata berusia 80 tahun. Pesannya untuk Hari Pahlawan sekarang ini; jaga kerukunan. Jangan terpecah. (ant/ekn)
>>>>>> Selengkapanya di Harian DIs Way Malang Post Edisi Hari Pahlawan (10/11)