Batu – Dinamika pertanian, semakin hari semakin pelik. Mulai dari berkurangnya lahan, hingga harga jual yang sering anjlok saat panen raya. Hadirlah Sawah Rojo Art Farming. Solusi mengatasi permasalahan tersebut.
Apa itu Sawah Rojo Art Farming? Adalah sebuah metode pertanian, yang menggabungkan teknologi pertanian dan seni. Berlokasi di Jl Panglima Sudirman No.125 C, Desa Pesanggrahan, Kota Batu. Tepatnya di belakang Balai Kota Among Tani.
Pengelola Sawah Rojo Art Farming, Herman Aga mengatakan: Metodenya, mengusung konsep smart and art farming.
Smart, nantinya akan berupa tampilan teknologi. Art farming, akan diwujudkan dengan tampilan pertanian yang dikemas semenarik mungkin, dengan ide-ide inovatif dan kreatif.
“Sawah Rojo Art Farming, tak menanam sekedar menggunakan metode mono kultular atau menanam dengan satu jenis tanaman saja. Namun, akan menanam berbagai macam jenis tanaman,” ujarnya.
Setelah ini, lanjut Herman, kawasan yang digunakan Sawah Rojo Art Farming tak hanya cantik secara kawasan saja. Namun, diharapkan memiliki daya jual yang tinggi.
“Inisiasi Sawah Rojo Art Farming ini muncul, berawal dari keprihatinan kami. Terutama mengenai persoalan-persoalan yang dihadapi sektor pertanian dan petani Kota Batu. Salah satunya adalah, ketidakpastian market, ketidakpastian harga serta tak adanya optimasi teknologi dalam sektor pertanian,” katanya.
Selain itu, maraknya alih fungsi lahan pertanian menjadi tempat-tempat hunian. Nantinya, mengakibatkan krisis pangan. Dapat membahayakan semua pihak.
“Saat ini, luas lahan awal yang akan kami optimalkan adalah 4000 meter. Namun nantinya akan kami perluas dengan kerja sama hingga 5 hektar,” bebernya.
Dijelaskannya, konsep yang diusung Sawah Rojo ini, bukan bentuk investasi. Namun bentuk sewa lahan selama 3 bulan, menggunakan sistem membership. “Jadi nantinya, member akan menyewa lahan selama 3 bulan yang akan kami optimasi. Serta hasil keseluruhan saat panen raya nanti 100 persen menjadi milik member,” ungkapnya.
“Sistem yang kami usung ini, lebih edukatif dan experience. Harapannya, petani memiliki kepastian mengenai hasil panen. Karena kami menggunakan sistem bayar dimuka,” lanjutnya.
Sewa kelola lahan, diberikan kepada mereka yang tertarik menanam di lahan Sawah Rojo. Harga sewa bervariasi. Sesuai luas lahan. Mulai dari 50 meter persegi dengan harga sewa Rp 3.000.000. Luas 100 meter persegi dengan harga sewa Rp 5.000.000.
Dengan harga paket sewa kelola lahan tersebut, para member sudah mendapatkan fasilitas perawatan lahan selama tiga bulan. Ada 27 lebih varian tanaman seperti varian tomat, varian cabe, varian wortel, varian jagung, paprika, kacang panjang, terong ungu, okra, padi merah, kubis, pacoi, kailan, andewi, slada krop dan masih banyak lagi.
Prapto, salah satu petani Sawah Rojo Art Farming berharap: Agar inisiasi ini, bisa semakin mengenalkan pertanian Kota Batu. Serta terdapat wadah untuk para petani Kota Batu. Karena para petani adalah orang paling sabar.
“Meski harga jual sering anjlok. Apalagi saat pandemi, harganya makin hancur. Namun mereka semua tak pernah demo. Apalagi hingga mogok menanam,” ujar Prapto.
Sebelum menjadi Kota Wisata dan masih menjadi sebuah kecamatan, pemasukan terbesar adalah dari hasil pertanian. Dengan hasil pertanian yang besar itu, bisa berubah menjadi daerah otonom sendiri. Yakni Kota Batu. Saat ini memiliki destinasi wisata yang luar biasa.
“Masak dari 7 juta wisatawan yang hadir di Kota Batu tak mau main ke sawah 0,1 persen pun. Maka dari itu, kami berharap kedepannya melalui Sawah Rojo Art Farming bisa menjadi salah satu tempat rekreasi bagi para wisatawan,” tutup Prapto. (ant/jan)