
TUMPENGAN: Festival Panawidjen Djaman Mbiyen#3 yang digelar di masa pandemi ini, ditandai dengan wilujengan. Ki Demang saat memimpin selamatan untuk memulai acara.( DI’s Way Malang Post)
Malang – Ketika pandemi Covid-19 masih belum berakhir, Kampung Budaya Polowijen (KBP) terus berbenah. Memperbaiki kualitas pelayanan, sumberdaya seniman serta sport dan tempat kegiatan.
Harapannya di masa new normal, bisa bangkit lagi memberikan pelayanan terhadap wisatawan, yang ingin berkunjung. Belajar bersama tentang seni dan budaya. Seperti kemarin, yang bertepatan dengan hari jadi ke 1076 Polowijen, didasarkan pada Prasasti Karundungan Kanjuruhan. Diperingati melalui acara wilujengan atau selamatan.
‘’Apalagi saat ini sedang pandemi. Wilujengan ini, sekaligus menjadi tolak balak agar Covid-19 segera pergi. Pagebluk ini jangan terlalu lama. Dampaknya benar-benar sangat dirasakan semua orang,’’ kata Penggagas Kampung Budaya Polowijen,’’ Isa Wahyudi, kemarin.
Tak heran jika acara yang merupakan rangkaian dari even Festival Panawidjen Djaman Mbiyen#3, di kemas lebih sederhana dari tahun biasanya. Termasuk di masa adaptasi kebiasaan baru.
‘’Selama masa pandemi ini, seniman di KBP tetap produktif mengikuti latihan peningkatan SDM, latihan menari, berkarya membuat kerajinan topeng dan batik. Tapi semuanya dilakukan dalam koridor menjalankan protokol kesehatan,’’ ungkap Ki Demang, panggilan akrab Isa Wahyudi.
Dalam KBP yang ketiga ini, even yang digelar juga menunjukkan kekhasan potensi lokal di Polowijen. Mulai dari seni, tradisi, ritus, adat istiadat, permainan tradisional, kerajinan, masakan tradisional yang semua masih ada di Polowijen.
‘’Harapannya adanya even ini, menjadi informasi dan penanda KBP bisa di kunjungi kembali untuk studi, penelitian dan wisata budaya. Tentu dengan separo kapasitas dari biasanya dan menggunakan protokol kesehatan,’’ tambah pria yang juga Ketua Pokdarwis Kota Malang.
KBP akan menambahkan wisata edukasi budaya tentang ritus, adat istiadat, makanan tradisional, pakaian tradisional. Even ini juga mengundang Komunitas Sanggul Kebaya Mbois Malang, yang turut serta memberikan materi tutorial tentang ageman busana jawa oleh Wiwin Ferawati.
Even yang juga disiarkan juga melalui saluran IG TV dan live streaming Youtube akun Kampung Budaya Polowijen ini, diisi dengan ragam macam tari-tarian tradisional dan tari Topeng Malang dari penari KBP.
Festival Panawijen Djaman Biyen yang Ke 3 ini, sekalipun diselenggarakan secara virtual, ternyata antusiame ratusan tidak berkurang. Ratusan pengunjung memadati KBP. Mereka datang dari berbagai elemen dan komunitas. Seperti Sepuluh Duta Budaya dan Museum Kota Malang, Perwakilan Kakang Mbakyu Cilik Kota Malang, Perwakilan Pokdarwis kampung tematik Se-Kota Malang, belasan mahasiswa Diploma Pariwisata Unmer, Komunitas Sanggul Kebaya Mbois Malang, Rombongan Padepokan Seni Mangun Dharmo, seniman budayawan Malang. Serta perangkat RT RW dari Kelurahan Polowijen.

‘’Pemerintah akan mengupayakan membantu fasilitas sarana prasarana. Seperti free wifi untuk memperlancar edukasi wisata budaya berbasis digital seperti di KBP ini. Karena segala macam budaya ada di KBP. Mulai dari seni tari topeng, kerajinan topeng dan batik topeng. Termasuk melestarikan ritus, adat istiadat budaya Jawa, permainan tradisional, makanan tradisional, manuskrip, tradisi lisan termasuk cerita cerita tentang Polowijen,’’ ujar H. Edi Widjanarko, Ketua Komisi A DPRD Kota Malang.
Edi sendiri konon adalah keturunan ketujuh buyut Jibris, penyebar agama Islam dari Kerajaan Demak, yang datang ke Polowijen dan membuat pondok pesantren pertama kali yang ada di Malang. (rdt)