Malang – Coronavirus menyerang jutaan umat manusia. Tanpa mengenal kasta, suku, agama, usia, jenis kelamin dan warna kulit. Para ahli di seluruh dunia, bekerja keras menemukan obat dan vaksin untuk mengalahkan Covid-19.
Virus ini memang belum ada penangkalnya. Tapi salah satu kunci menghindarinya, adalah menjaga imunitas tubuh. Dengan mengonsumsi rempah-rempah penambah daya tahan tubuh.
Dan diantaranya ada pada jajanan lawas. Baik itu berupa makanan maupun minuman. Yang selama ini, justru luput dari perhatian. Padahal jajanan lawas itu, menjadi trade mark Kampung Heritage Kajoetangan di Kota Malang.
Ketika masa pandemi inilah, warga Kampung Heritage Kajoetangan bangkit dan mencoba memulai adaptasi dalam kehidupan baru. Salah satunya lewat Parade Jajanan Lawas. Sekaligus mengenalkan kembali, aneka makanan dan minuman yang bisa dikonsumsi untuk menangkal coronavirus.
‘’Kami ingin menjadikan jajanan lawas sebagai ikon Kampung Heritage Kajoetangan. Selama ini masih belum ada yang menjadi oleh-oleh khas dari sini. Namun kita akan gali lagi lebih banyak potensi dari sini. Apalagi rempah-rempah yang jadi bahan dasar, sangat berguna untuk meningkatkan imunitas,’’ ujar Mila Kurniawati Koordinator Acara Parade Jajanan Lawas.
Tak hanya jajanan lawas seperti cenil, getas, klepon dan nagasari, yang mendominasi kegiatan ini. Tetapi juga ada aneka minuman tradisional yang disajikan warga. Seperti wedhang sechang, wedhang uwuh dan aneka jamu-jamuan.
Parade ini sangat simple. Jajanan itu diarak keliling kampung. Mulai dari panggung – pasrom RT 11 – jembatan arah tangga seribu – susur sungai – dan kembali ke meja masing-masing, sambil diiringi rebana dan sholawat nabi. Lalu diberi penilaian dan penghargaan terbaik. Nilainya dari sisi bahan baku, penyajian termasuk rasa.
‘’Ini adalah cara kampung Kayutangan ini, mengangkat potensi lokal. Serta terlibat dalam pemajuan kebudayaan. Terpenting lagi, mereka juga berbuat untuk memutus mata rantai coronavirus. Lewat makanan dan minuman, yang bisa meningkatkan imun tubuh. Apalagi pelaksanaannya, juga dengan menerapkan protokol kesehatan,’’ kata Ki Demang, Ketua Forkom Pokdarwis Kota Malang. Dia pun ikut membawa tumpeng berisi polopendem. Di arak keliling kampung.
‘’Jajanan lawas yang berupa makanan dan minuman tradisional, merupakan salah satu pengetahunan tradisional. Harus di lestarikan. Jangan sampai hilang terganti oleh makanan modern. Harus dikenalkan kepada anak anak kita,’’ imbuhnya.
Makanan tradisional dari hasil bumi, dengan teknik pengolahan yang tradisional, merupakan objek kebudayaan yang dilindungi undang-undang. Terutama UU 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Karenanya perlu di gali ragam macam bentuk dan nama makanan minumannya. Serta bagaimana sajian dan kemasannya.
‘’Sehingga tetap menarik bagi wisatawan di Kota Malang dan menjadi oleh oleh khas Malang dari Kampung Heritage Kajoetangan,’’ ungkap pria dengan nama asli Isa Wahyudi ini.
Penggagas Kampung Budaya Polowijen ini juga menambahkan, acara yang difasilitasi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Malang ini, diharapkan juga bisa dijadikan sosialisasi penerapan protokol kesehatan.
‘’Karena yang hadir mulai dari camat, lurah, Ketua RT dan RW, serta perwakilan kampung tematik yang ada di Kota Malang. Semuanya harus menerapkan 3M. Memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir dan menjaga jarak serta hindari kerumuhan,’’ demikian kata Ki Demang. (rdt)