Malang – Guna mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang mendorong perbankan ikut berperan menggerakkan perekonomian daerah yang mengalami kontraksi di tengah menurunnya tingkat konsumsi masyarakat, dengan mengucurkan kredit.
Pada Webinar: “Peran Pentahelix dalam Pemulihan Ekonomi Daerah”, Kepala OJK Malang, Sugiarto Kasmuri, mengatakan secara umum struktur PDRB di wilayah Jawa Timur 61 persennya didominasi konsumsi rumah tangga. Dalam melakukan pemulihan ekonomi terdampak Covid-19, pekerjaan rumah utama adalah meningkatkan sisi demand masyarakat.
“Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jatim, secara umum wilayah Jatim rata-rata mengalami deflasi dalam masa pandemi Covid-19 ini,” kata Sugiarto.
Beberapa wilayah, seperti Kota Malang, mengalami inflasi sebesar 0,06 persen pada Juli 2020. Namun, di bulaan Agustus 2020 juga kembali mengalami deflasi. Dengan kolaborasi dan koordinasi yang baik antara Pemkot/Pemkab di Malang Raya, OJK, BI, dan perbankan di wilayah Malang Raya, akademisi dan dunia usaha, maka upaya pemulihan ekonomi daerah dapat didorong lebih cepat. Namun, dibarengi upaya pengendalian dan pencegahan penyebaran Covid-19 dari sisi kesehatan.
“Analogi gas dan rem dalam penanganan dan pengendalian dari sisi kesehatan, dan ekonomi menjadi kunci keberhasilan daerah untuk dapat bertahan di masa yang sulit ini,” ujarnya.
Beberapa strategi dapat dipertimbangkan dari sisi industri jasa keuangan, perbankan masih memiliki kapasitas untuk menyalurkan kredit UMKM guna mendukung kebutuhan permodalan. Apalagi, menurut survei BPS (Juli 2020), 7 dari 10 UMKM itu membutuhkan bantuan modal usaha di masa pandemi.
Perbankan perlu pula melakukan pendampingan kepada UMKM, sehingga dapat melakukan inovasi dalam pemasaran produk. Misal, melalui platform digital, sehingga market atas produk UMKM Malang Raya tidak hanya terbatas di Malang Raya saja.
Dari sisi pemerintah daerah dapat mendorong percepatan belanja APBD dan mengampanyekan penggunaan produk lokal UMKM untuk meningkatkan kembali minat konsumsi masyarakat. OJK Malang mencatat, kredit perbankan di wilayah Malang Raya pada Agustus tumbuh 5,72 persen (yoy). Kisaran rasio kredit bermasalah hanya 2,78 persen.
Perbankan di wilayah Malang Raya juga merelaksasi UMKM sebanyak 69.452 debitur dengan baki debet sebesar Rp5,88 triliun. Sebanyak 16.078 debitur non-UMKM dengan baki debet sebesar Rp2,92 triliun. Namun, banyaknya pengajuan relaksasi kredit oleh UMKM ini menunjukkan bahwa UMKM sebagai pelaku ekonomi mengalami dampak secara langsung dari adanya pandemi Covid-19 ini.
Dari sisi dana yang tersimpan di perbankan Malang Raya menunjukkan pertumbuhan 10,85 persen pada Agustus 2020 secara year on year (yoy), terutama pada simpanan jenis deposito yang tumbuh 14,11 persen. “Kita sama-sama memahami bahwa perbankan sebagai institusi bisnis mengedepankan prinsip follows the trade. Dimana ada pasar disitulah perbankan akan masuk memberikan pembiayaan. Kita coba bandingkan indikator pertumbuhan kredit perbankan di ketiga sektor ekonomi penyumbang pendapatan di wilayah Malang Raya,” ucapnya.
Di sektor konstruksi, kredit masih mengalami pertumbuhan di Juli 2020 sebesar 30,81 persen dibanding Juli 2019, yang menunjukkan bahwa aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi masih berjalan dengan baik. Namun kondisi ini tidak diikuti oleh kredit perbankan pada sektor perdagangan yang pada Juli 2020 mengalami kontraksi sebesar -11,13 persen dibandingn bulan yang sama tahun 2019.
Pada Juli 2020 perbankan masih melihat sektor yang terkait dengan pariwisata sebagai sektor yang memiliki prospek untuk dibiayai. Hal ini terlihat dari realisasi kredit yang masih tumbuh di kisaran 12,89 persen secara yoy. Sementara itu, untuk kredit kepada sektor properti, khususnya untuk hunian rumah tinggal, masih tumbuh 0,65 persen secara yoy. Jika dibanding Desember 2019 masih mengalami peningkatan 3,58 persen.(jof/ekn)