
RUSAK EKOSISTEM: Nelayan dilarang tangkap ikan pakai alat trawl (Foto: Indopos)
Aparat pengawas perikanan menangkap dua kapal ikan berbendera Indonesia. TKP di perairan Kepulauan Seribu. Pasalnya, menangkap ikan menggunakan alat trawl. Ini dilarang karena merusak ekosistem laut. Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Tb Haeru Rahayu membenarkan. Kapal Pengawas Perikanan (KPP) Hiu 10 menyergap KM Hasil Melimpah II dan KM Sawung. Karena kedapatan menggunakan trawl.
Jaring trawl atau trawl net, adalah jaring kantong. Ditarik di belakang kapal, saat kapal sedang berjalan. Trawl menelusuri sambil mengeruk permukaan dasar laut. Menangkap ikan, udang dan jenis demersal. Sekaligus merusak ekosistem laut lainnya. ”Dua kapal itu kami amankan Jumat 25 September. Saat menggunakan alat trawl,” ujar Haeru di Jakarta, Minggu (27/9).
Pihaknya tidak melakukan proses hukum kepada pelaku. Hanya dilakukan pembinaan. Sekaligus menyita peralatannya. ”Sementara ini, kami masih kedepankan langkah-langkah pembinaan kepada nelayan kita,” lontar Haeru. Selain itu, juga disergap sebuah kapal ikan dan dua pelaku. TKP di perairan Maratua Berau Kalimantan Timur. Pasalnya, menggunakan bahan kimia berbahaya jenis potasium padat saat menangkap ikan.
”Pelaku berinisial S dan T. Saat ini diproses. Kita sita tiga liter potasium cair dan delapan unit potasium padat, berikut peralatan destructive fishing lain,” ungkapnya. Pelaku dijerat Pasal 84 ayat (2) juncto Pasal 8 ayat (2) UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 dengan ancaman hukuman enam tahun penjara dan denda Rp 1,5 miliar. (idp-yan)