
Malang Post – Kesolidan Arema FC masih terus diuji. Dalam laga terakhirnya, Arema FC takluk 0-2 dari Persija Jakarta, di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Minggu (12/2/2023).
Imbasnya posisi Singo Edan dalam klasemen sementara Liga 1, berkutat di posisi papan tengah. Dengan 29 poin. Padahal tim berjulukan Singo Edan itu, sempat bangkit dari lima kekalahan beruntun. Yaitu ketika menang melawan RANS Nusantara FC, 2-1, pada 8 Februari 2023 lalu.
Caretaker pelatih Arema FC, I Putu Gede Swisantoso, memahami kondisi tersebut. Selain melakukan evaluasi secara teknis, dia berharap kepada pemain senior untuk ikut membuat tim kembali solid.
“Ada Ahmad Alfarizi dan Dendi Santoso, yang bisa membantu tim ini untuk bersinergi. Mereka memiliki potensi untuk mengarah ke sana. Itu modal penting bagi saya untuk menjalankan taktikal tim,” ujar mantan Kapten Tim Arema FC itu.
Apalagi Alfarizi dan Dendi, menjabat sebagai kapten dan wakil kapten Arema FC saat ini. Mereka juga termasuk pemain senior di tim. Jadi, sudah tugas mereka menyatukan rekan-rekannya, baik pemain lokal maupun asing.

Sebenarnya saat ini Arema FC punya momen membuat tim lebih kompak karena jadi tim musafir akibat sanksi Tragedi Kanjuruhan, setiap hari pemain berkumpul di hotel.
Arema FC memilih menggunakan Stadion PTIK, Jakarta Selatan, sebagai homebase Singo Edan. Tinggal bagaimana mereka tidak sampai merasakan kejenuhan.
Dari pengamatan Putu Gede, saat ini timnya masih terus berproses. Sisi kekeluargaan pemain kembali terlihat. “Kalau sudah satu frekuensi, menjalankan gaya permainan di lapangan bisa lebih maksimal. Karakter permainan tim tidak bisa diubah,” ujar Putu Gede.
“Pemain yang harus mengikuti gaya permainan tim. Saya lihat Evan Dimas, Gian Zola, Rendika Rama dan lainnya sudah mulai memperlihatkan permainan ngeyel di lapangan,” sambungnya.
Putu Gede baru menangani Arema FC dalam dua pertandingan. Yakni saat mengalahkan RANS Nusantara FC dan dikalahkan Persija Jakarta. Arema tampil berbeda dalam dua pertandingan itu.
Maklum, level lawan yang dihadapi berbeda. Saat melawan RANS, Arema bisa memberikan banyak tekanan. Sementara lawan Persija, Singo Edan lebih banyak bertahan.
“Tim ini masih belum konsisten. Kadang muncul karakternya, tetapi kadang hilang. Namun, kami yakin, ini bisa diperbaiki. Memang butuh waktu,” ujarnya.
Putu Gede termasuk pelatih yang berani melakukan rotasi. Saat melawan Persija, ada tiga pemain yang biasa jadi starter justru duduk di bangku cadangan, seperti Adilson Maringa, Rizky Dwi dan Abel Camara.
Sepertinya, Putu Gede mulai serius menghidupkan persaingan jadi pemain inti lebih ketat. Soal persaingan itu pula, yang membuat nama kiper asing milik Arema FC, Adilson Maringa, menghilang dari starting line up dalam dua laga terakhir. Arema FC lebih memainkan Teguh Amiruddin, yang notabene merupakan kiper kedua.
Dia dipercaya sebagai kiper saat Arema FC melawan Rans Nusantara FC dan Persija Jakarta. Sementara Adilson Maringa hanya nampak duduk di bangku cadangan.
Hal ini pun banyak mengundang tanya Aremania di kolom media sosial perihal kondisi kiper asal Brazil itu. Apalagi, Maringa jarang absen sebagai kiper utama Arema FC. Dia hanya absen ketika mengalami cedera.
“Untuk Maringa, kami punya dua head coach kiper. Kami diskusi juga. Memang keputusan akhir di saya. Tapi melihat jalannya pertandingan sebelumnya kan ada evaluasi. Memang Teguh lagi bagus bagusnya,” ucap Putu.
Rekomendasi antar pelatih itulah yang jadi alasan Adilson Maringa hanya menjadi pemanis di bangku cadangan dalam dua pertandingan terakhir Arema FC.
I Putu Gede mengatakan, dirinya akan memilih pemain yang siap untuk masuk dalam starting eleven di setiap pertandingan. Dia tidak melihat siapa pemain tersebut. Baginya, kerja keras yang dilakukan pemain saat latihan maupun pertandingan.
“Saya gak akan lihat siapa dia. Kalau latihan dan pertandingan bagus, dia (pemain) akan mendapatkan tempat. Jadi Professional.”
“Seperti itulah, hukum prestasi yang berbicara. Bagi saya pribadi latihan ya sama kayak pertandingan,” tandasnya. (Aria Cakraningrat – Ra Indrata)