Malang Post – Banyak mahasiswa yang tertular HIV/AIDS, akibat hubungan sesama jenis. Dari hasil catatan terbaru, ada 200-an mahasiswa yang tertular HIV/AIDS di Kota Malang. Mayoritas karena melakukan hubungan sejenis. Yakni LSL atau LGBT.
Pengamat Sosial, Dr Rinikso Kartono mengatakan hal tersebut, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM.
Kata Rinikso, kelompok ini juga yang mendominasi kasus HIV/AIDS di beberapa negara. Salah satunya di Amerika Serikat.
“Ada pergeseran kelompok penularan. Sebelumnya penularan terjadi karena seks bebas. Seperti prostitusi dan narkoba. Tapi sekarang di kalangan mahasiswa, juga marak prostitusi online dalam layanan chat dan transaksi yang dilakukan sebegitu canggihnya,” katanya.
Di Malang sendiri sebagai Kota Pendidikan, katanya, ada budaya-budaya kota lain yang dibawa mahasiswa, yang datang ke Malang. Termasuk munculnya kelompok LGBT.
Rinikso menilai, sekarang ini yang diperlukan dalam penanganan HIV/AIDS, adanya aturan (perda) dan langkah pencegahan. Supaya penanganan kasus di fasilitas kesehatan tidak kelabakan.
Melihat kondisi tersebut, Sekretaris Komisi D DPRD Kota Malang, Ahmad Fuad Rahman, SE., menilai pemetaan wilayah rawan penyebaran HIV/AIDS di Kota Malang perlu dilakukan.
“Malang sebagai Kota Pendidikan, pasti memiliki mobilitas masyarakat yang cukup tinggi. Tapi sebenarnya wilayah di Kota Malang, bisa dipetakan mana kecamatan yang paling tinggi angka HIV/AIDS dan kerawanannya,” jelasnya.
Dewan, katanya, akan mendukung anggaran yang dipakai dalam penanganan HIV/AIDS di Kota Malang. Termasuk meminta Dinkes melakukan sosialisasi dan edukasi soal HIV/AIDS. Agar masyarakat tahu dan paham.
Fuad juga bilang, anggaran tambahan untuk menanggulangi kasus HIV/AIDS, juga bisa diberikan dewan.
“Kalau soal Perda, sebenarnya sudah dirancang. Tapi selesainya suatu Perda itu prosesnya panjang. Tapi akan didiskusikan, bagaimana dewan punya inovasi dan program penanganan serta pencegahan HIV/AIDS di Kota Malang,” tegas Fuad.
Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Malang mengakui, kasus HIV/AIDS di Kota Malang, terbanyak kedua setelah Surabaya.
Kata Kadinkes, dr. Husnul Muarif, ada sekitar 2800-an kasus HIV/AIDS di Kota Malang, yang menjadi jumlah terbanyak kedua setelah Surabaya.
“Ada 30 persen orang yang terjangkit HIV di Kota Malang, memang warga asli Kota Malang. Tapi sebagian besar sisanya, warga luar Malang yang menjalani perawatan kesehatan dan memilih menetap untuk menghindari stigma lingkungannya,” tegas Husnul.
Banyaknya kasus HIV di Kota Malang, katanya, didasari beberapa faktor. Seperti Malang sebagai Kota Pendidikan dan Malang Kota Urban.
Husnul menyebut, saat ini orang dengan HIV/AIDS (Odha) di Kota Malang cukup bervariasi. Baik umur, gender dan pekerjaan. Seperti anak baru lahir yang terdeteksi terinfeksi HIV, karena penularan lewat transplasenta.
Dia pun menekankan, rantai penularan HIV perlu diputus. Khususnya di kalangan mahasiswa dan pelajar yang perlu dimitigasi. Serta memutus rantai LSL (lelaki suka lelaki) dan heteroseksual yang mendominasi kasus HIV/AIDS. (Elsa Renika – Ra Indrata)