Malang Post – Workshop Ikatan Penilik Indonesia wilayah Kabupaten Malang menghadirkan pemateri Dr. Hj Umi Dayati, Dosen Universitas Negeri Malang. Umi menyampaikan pada penilik, apa yang harus dijauhi karena bisa merusak otak tengah.
Seperti melihat video porno, terjerat narkoba dan LGBT (Lesbian, Gay, Biseks dan Transeksual). Perilaku ini, bisa merusak breaking sistem Otak manusia.
Hadi Sutikno, S.Pd. MM , Ketua Ikatan Penilik Indonesia Kabupaten Malang mengatakan. Tujuan bimbingan teknik ini, agar peserta dapat memahami supervisi penilik menuju lembaga yang berkualitas.
Peserta dapat mengetahui perannya dalam pendampingan program sekolah penggerak dan turut mendukung program PAUD pendidikan masyarakat Kabupaten Malang.
Dr. Hj. Umi Dayati, Mpd, Dosen PLS FIP UM Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan UM mengungkapkan faktor agar mutu pendidikan menjadi berkualitas.
Seorang penilik harus menjauhi beberapa hal yang bisa merusak breaking sistem otak tengah permanen. Seperti melihat video porno, LGBT dan narkoba.
Tenaga pendidik, penilik, pengawas remaja dan anggota masyarakat, jangan dekat barang seperti itu. Karena pasti merusak tatanan.
Apabila pernah melihat video porno atau terjerat narkoba, otak tengah akan rusak.
Dampaknya seseorang bisa merusak tatanan kehidupan. Tanpa menghiraukan agama, Pancasila dan norma budaya bangsa.
“Orang yang suka melihat barang haram ini, karena rusak otaknya, ia akan sulit membedakan antara halal dan haram dalam beragama,” pungkasnya.
Harapannya, pembenahan bagi penilik ini, dimulai dari diri sendiri. Dengan membuat aura positif. Caranya berkumpul dengan sesuatu yang baik maka akan timbul aura positif .
“Penilik harus rajin dan tekun belajar dan mau berubah dalam artian memperluas wawasan yang dan kreatif,” pungkasnya.
Dyan Hutami Rahmawati, Dosen Universitas Pembangunan Veteran Jawa Timur menambahkan.
Lembaga pendidikan harus mempunyai ciri khas atau branding. Bagaimana upaya pengelola lembaga pendidikan untuk membentuk institusinya.
Hingga bisa dikenal masyarakat luas, karena mempunyai ciri khas sendiri.
Branding institusi harus mempunyai koneksi, harus mempunyai promosi melalui media massa, media sosial dan selalu berinovasi, mengimprove customer experience atau pengalaman.
Masih ada juga orangtua yang takut menyekolahkan anaknya ke sebuah lembaga pendidikan. Ketidak tahuan informasi terkait lembaga pendidikan itu, menyebabkan orang tua tidak mau mempercayakan kepada sebuah lembaga.
Monitor image sebuah lembaga pendidikan, artinya membuat pelayanan kepada konsumen. Dalam hal ini, orang tua diberikan pemahaman tentang pendidikan bagi putra-putrinya .
“Lembaga pendidikan itu harus berkarakter dan mempunyai ciri khas dan bukan yang biasa saja, ” pungkasnya, dalam. Acara workshop yang digelar oleh IPI Kabupaten Malang, Senin, (28/3/2022) di Hotel Grand Kanjuruhan, Kepanjen Kabupaten Malang. (yon/yan)