Malang Post — Kebutuhan bahan pokok yang paling mendasar untuk konsumsi sehari-hari adalah beras. Perum Bulog menjamin ketersediaan pasokan beras tidak terjadi kelangkaan di akhir tahun 2021.
Kepala Perum Bulog Cabang Malang, Supriyono mengatakan, ketersediaan beras kondisinya masih bagus. Jumlah stok saat ini sekitar 1.300 ton yang berada di gudang Bulog Gadang, ditambah 2.700 yang berada di Bulog Kebon Agung.
“Untuk Malang ini masih ada 4.000 ton dan masih cukup untuk 3-4 bulan kedepan,” seru Supriyono, di Gudang Beras Bulog (GBB) Gadang, Jalan Kolonel Sugiono, Kota Malang, Senin (13/12/2021).
Terkait permintaan, sampai hari ini masih tetap belum ada lonjakan dan harga stabil tetap sama diangka Rp8.300 ribu per kilogram. Indikasinya jika harga naik, permintaan ke Bulog lebih tinggi, sebab harganya lebih murah.
Menurut Supriyono, kebutuhan Kota Malang per bulan tidak terlalu banyak, sekitar 200 ton per bulan. Sedangkan ketersediaan masih 4.000 ton, sehingga masih cukup untuk tahun depan. Termasuk kebutuhan kabupaten juga dihandle gudang yang di Kebon Agung.
“Kita saling mendukung, kalau disini berkurang bisa disana ambilnya. Disana kurang untuk kabupaten bisa ambil disini, karena kebutuhan Malang gudangnya ada dua,” ungkapnya.
Langkah yang konkret dilakukan Perum Bulog dengan koordinasi tim dan mitra. Ketika ada konfimasi kurang atau kelebihan stok, bisa digeser ke daerah yang membutuhkan.
“Seperti kemarin, kayak bantuan ke Semeru ada tepung stok dari Jawa Barat bisa digeser ke Jatim,” terangnya kepada reporter City Guide 911 FM.
Sementara, Walikota Malang, Drs H Sutiaji mengungkapkan, di tahun yang lalu negara hadir, caranya Bulog yang menjadi komando untuk non Pertamina. Yang membeli bahan adalah dari Bulog, lalu Bulog mensuplai dan diberikan kepada masyarakat.
Ketika Bulog mengambil dari petani dengan harga mahal. Otomatis akan meningkatkan stabilitas petani atau produsen dalam kesejahteraan dalam hidup.
“Saat dijual di pasaran tetap harga murah, sesuai dengan keterjangkauan oleh masyarakat, subsidinya disitu. Kalau itu dilakukan, saya kira tidak ada yang namanya inflasi naik dan seterusnya,” ucap Sam Sutiaji. (yan)