
Asmar, saat melayani pembelian
Asmar, saat melayani pembelian
Malang Post – PPKM Darurat berdampak pada penjual makanan. Baik yang berkeliling menggunakan gerobak, kedai kecil, di bangunan permanen atau bangunan resto. Para pedagang harus memutar otak. Agar usahanya tetap berjalan. Pasalnya, dibatasi hingga pukul 20.00. Itu pun harus take away atau dibawa pulang.
Menyiasatinya, salah satu penjual nasi goreng asal Kalipare Kabupaten Malang, Asmar (55) memilih jualan siang hari. Sejak pukul 09.00 hingga pukul 16.00. Itu dilakukan agar usahanya bisa berjalan.
“Jam jualan saya ubah. Biasanya malam hari. Sekarang siang hari. Dari jam 9 sampai jam 16.00, ya keliling,” ujar Asmar yang biasanya jualan di Gondanglegi dan sekitarnya ini.
Ternyata membuahkan hasil. Ia mengaku selama PPKM Darurat ini, setidaknya 40 bungkus nasi goreng laku dalam sehari. Rutenya jualan di sekitar PG Krebet, Bululawang hingga Gondanglegi. Ia pun bersyukur. Ketika banyak pedagang yang mengeluh, dagangannya masih jadi jujugan langganan.
“Iya beruntunglah. Bisa tidak terdampak. Banyak yang beli, langganan juga. Jam 16.00 saya udah pulang,” jelasnya.
Ia juga bersyukur karena tidak pernah jadi sasaran operasi yustisi. Dirinya berharap agar pandemi berakhir. Sehingga aktifitas ekonomi bisa kembali normal. Sebagai informasi, satu porsi nasi goreng yang ia jual relatif murah. Seharga Rp 8 ribu per bungkus.
“Ya enggak pernah. Teman-teman saya, yang malam itu kena. Saya ya jual mie. Nasi mawut ini Rp 8 ribu,” pungkasnya. (yan)