Malang Post – Selang 10 hari, sejak resmi ditetapkan sebagai Presiden Klub Arema yang baru, Gilang Widya Pramana kembali mencuatkan gebrakan baru. Utamanya terkait salah satu solusi menyudahi dualisme yayasan dan tim, yang telah berlangsung dalam 10 tahun terakhir.
Dalam sesi outdoor press conference di kediamannya, di kawasan Desa Mojorejo, Junrejo, Kota Batu, Rabu (16/6/2021) malam, pria kelahiran Probolinggo, Jawa Timur, 4 Mei 1989 itu menawarkan reunifikasi kedua tim. Baik kubu Arema FC yang akan berkompetisi di Liga 1 2021/2022.
Maupun Arema Indonesia di kompetisi Liga 3 Zona Asprov Jawa Timur 2021. Gilang ingin menggabungkan dua aktifitas dan pengelolaan dua klub sepak bola asal Malang, yang kini masih berseberangan itu. Dia berhasrat ingin membeli kepemilikan Arema Indonesia dan bakal dijadikan tim satelitnya atau tim mudanya Arema FC kelak.
Model pembelian tim lain, untuk wadah pembinaan dan proses estafet regenerasi pemain ini, pernah dilakukan manajemen Persib Bandung (PT Persib Bandung Bermartabat). Ketika pada 10 Juni 2019, membeli tim Liga 2-2019 asal Jawa Timur, Blitar United. Kemudian tergabung dalam satu pengelolalan manajemen. Menjadi tim satelitnya Persib, dengan nama baru Persib B.
‘’Kami sangat membuka diri dan mengajak bersama, agar Arema Indonesia menjadi kesatuan besar klub yang dibanggakan Aremania. Saya ingin membeli Arema Indonesia. Pemikiran kami, langkah ini yang bisa ditempuh untuk menyelamatkan Arema dari dualisme yang seperti diinginkan Aremania,’’ ujar Gilang Pramana.
Ditandaskan, dirinya kini kian serius untuk segera menyelesaikan dualisme, yang menjadi polemik berkepanjangan di kalangan Aremania. Bahkan menurutnya, langkah pembelian Arema Indonesia, akan lebih memudahkan pihaknya, dalam berkoordinasi dengan banyak pihak. Yang menjadi stakeholder Arema, termasuk pihak Yayasan Arema.
‘’Ini itikad baik dan jalan kami, yang terasa paling tepat untuk menyatukan Arema dengan cara menjadi satu pengelolaan. Arema Indonesia tetap jadi bagian penting sebagai klub. Untuk mencetak dan menambah jam terbang pemain muda. Menjadi klub satelit di level kompetisi Liga 3 Jatim, yang akan segera digelar,’’ jelasnya.
Gilang akui, inisiatif ingin membeli Arema Indonesia, murni datang dari dirinya pribadi. Menyusul banyaknya Aremania yang sangat mengharapkan, ada langkah kongkrit yang dilakukan. Lantaran dualisme yang tak kunjung usai.
‘’Langkah kami ini, saya berharap ada dukungan semua pihak untuk mewujudkannya. Kami juga ingin mendapatkan banyak dukungan dan masukan, agar langkah ini bisa cepat terwujud. Kami mengetuk hati banyak pihak, agar bersama melangkah demi Arema berprestasi dan Aremania bersatu kembali,’’ tegasnya.
Bibit perpecahan ‘yayasan’ Arema Indonesia, terjadi sejak Kamis (7/5/2011) silam. Pasca Presiden Kehormatan klub Arema Indonesia, Rendra Kresna ketika itu (1/5/2011) mengumumkan tim mengalami defisit anggaran Rp 5,6 miliar.
Meski (6/5/2011) Rendra sempat melontarkan wacana pelelangan tim, sebagai solusi atasi krisis keuangan, senilai Rp 20 miliar hingga Rp 30 miliar. Kemudian saling klaim salah-benar diantara internal yayasan dan manajemen tim, dalam kurun empat bulan.
Berakhir dengan munculnya dualisme manajemen dan tim, sejak Minggu (4/9/2011), antara kubu pendiri tim (alm) Lucky Acub Zaenal, didukung HM Nur, kontra kubu Rendra Kresna.
Tanggal 28 Oktober 2012, di Hotel Savana, Malang, Arema Indonesia kubu Rendra Kresna diakuisisi oleh Bakrie Group. Melalui PT Pelita Jaya Cronous. Tanggal 1 November 2011 mereka memutuskan tetap mengikuti kompetisi sempalan PSSI atau breakway ISL (Indonesia Super League) 2011/2012.
Sementara sebelumnya tanggal 24 September 2011, Arema Indonesia kubu HM Nur, terlebih dahulu putuskan mengikuti kompetisi yang resmi di bawah PSSI dan diakui AFC-FIFA, yakni Indonesia Premier League (IPL) 2011/2012. (yan)