Malang Post – Dosen dan Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang, mencari solusi penataan ruang air dan siap siaga bencana banjir di Kota Malang.
Dilakukan via zoom, Sabtu (5/6/2021). Pesertanya 190 orang. Pematerinya: Gunawan Prayitno SP MT., Ph.D dosen PWK FT-UB. Menariknya juga dihadirkan Dra Tinuk Dyah Susanti.l, Ketua RW 07 Kelurahan Bareng Kecamatan Klojen Kota Malang. Salah satu perwakilan warga.
Ini sebagai bentuk pengabdian ke masyarakat. Mengedukasi pentingnya siaga banjir di wilayah studi bersama narasumber dan pemateri.
Gambaran wilayah dijelaskan oleh Dra Tinuk Dyah Susanti, Ketua RW 07 Bareng. Beberapa tahun terakhir menjadi kampung langganan banjir. Saat ini belum ada solusi mengatasinya.
Menurutnya, kawasan RT 01 dan RW 02, adalah daerah yang sering terdampak banjir. Asal mulanya banjir berasal dari belakang Kelurahan Gading Kasri.
“Menurut saya, banjir terjadi karena aliran sungai yang seharusnya mengarah ke Kali Metro. Tapi malah dibawa ke wilayah kami. Karena ada perumahan baru. Sehingga ada pembelokan aliran air. Lambat laun, banjir yang awalnya hanya selutut, sekarang mencapai badan orang dewasa,” ujar Tinuk.
Kejadian ini, sudah beberapa tahun terakhir ini. Kawasan RW 3 juga pernah terdampak. Terakhir kawasan yang masih juga banjir, RW 7 RT 1, 2 dan RW 8 RT 14.
“Pemerintahan sebenarnya juga sudah pernah berdiskusi dengan kami. Ada penanganan beberapa sumur resapan. Sampai dengan alarm tanda banjir. Sayang lambat laun, semua penanganan pun tidak berfungsi.”
“Pak Sutiaji juga pernah berujar. Selepas pandemi covid, kita benahi kembali ya bu Saya malu masak tetangga saya kebanjiran terus,” ujar Tinuk.
Harapannya jelas. Segera ditindaklanjuti. Apalagi dia mulai menyolidkan warganya, untuk kerja bakti dan sosialisasi perihal kebersihan lingkungan.
Sementara itu, Gunawan Prayitno SP MT Ph.D mengatakan. Perlu adanya peta daerah yang sering terdampat banjir. Terutama RT 1 dan 2 RW 7 Bareng dan peta arah alirannya.
Upaya apa saja yang telah dilakukan? Dulu pernah dikunjungi oleh Dinas Pengairan dari provinsi. Mereka hanya marah karena banyak bangunan di pinggir sungai. Akhirnya banyak yang tidak berani lapor agi karena takut digusur.
Pertambahan penduduk dan penyempitan sungai menyebabkan daerah resapan berkurang. Perlu pemetaan persoalan banjir. Dapat diketahui bahwa sungai menyempit karena adanya bangunan di pinggir jalan.
Harus ada kerja sama antara pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi bangunan yg melewati daerah resapan sungai. Panita dapat mengecek pada peta 5 tahun terakhir.
Melihat langsung eksistingnya, untuk melihat perubahan penggunaan lahan di wilayah studi.
Pemateri dan RW dapat mendiskusikan dengan pemerintah untuk mengatasi permasalahan banjir. Karena debitnya besar, hingga sumur resapan saja tidak mampu. Maka perlu adanya turun tangan dari Dinas PU.
Sementara itu Dr Eng Turniningtyas Ayu Rachmawati ST MT, salah satu dosen teknik di UB, urun rembug. Bahwa RW 7 Bareng, untuk saat ini belum dijadikan sebagai RW tangguh bencana.
Maintenance alat pendeteksi banjir masih belum dilakukan dengan baik. Maintenance terakhir malah mendatangkan teknisi dari Australia, sehingga biayanya terlalu besar.
Masyarakat perlu diedukasi tentang alat pendeteksi banjir. BPBD memiliki prioritas rencana penanggulangan bencana di daerah Bareng. Sementara ini, RW 2, RW 4, RW 8 yang sering didatangi BPBD untuk melihat kondisi eksisting.
Dibutuhkan data maintanance early warning system. BPBD baru menangani di sungai Brantas dan beberapa genangan hasil DAS Brantas
Pemerintah belum memeriksa dengan baik, berkas penyusunan rencana penanganan resiko bencana di beberapa wilayah termasuk di RW 7 Bareng. Warga bisa menghubungi mahasiswa untuk membantu mencari penyelesaian permasalahan di wilayahnya.
Sementara Prof Dr Ir Budi Sugiarto Waloejo MSP menyatakan. Perlunya penanganan yang lebih teknis (pengurangan volume air dan lainnya).
Permasalahan ini dapat dimasukkan pada kuliah pengabdian masyarakat atau Studio Permukiman Kota. Karena cukup rumit, maka penanganan harus dilakukan dengan perencanaan terpadu.
Kesimpulan diskusi: Bencana masih terjadi setiap tahun. Diperlukan solusi penanganan dari masyarakat dan pemerintah. Kesadaran masyarakat masih kurang. Sehingga perlu adanya sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran bersama. (yan)