
Kondisi penyeberangan antara Desa Rejoyoso Kecamatan Bantur dan Desa Kanigoro Kecamatan Pagelaran yang masih menggunakan perahu getek. (istimewa)
Kondisi penyeberangan antara Desa Rejoyoso Kecamatan Bantur dan Desa Kanigoro Kecamatan Pagelaran yang masih menggunakan perahu getek. (istimewa)
Malang-Post – Sejumlah warga di Desa Rejoyoso Kecamatan Bantur dan Desa Kanigoro Kecamatan Pagelaran resah. Terkait kondisi tempat penyeberangan di Kali Lesti.
Pasalnya, untuk melintasi Kali Lesti tersebut, warga masih harus menggunakan perahu. Atau warga sekitar menyebutnya perahu getek.
Perahu tersebut bisa mengangkut hingga 15 orang dan sekitar 5 motor dalam sekali jalan. Sementara itu, setiap orang yang melintas dikenakan biaya sebesar Rp 2 ribu, untuk sekali melintas.
Dalam hal ini, warga berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang bisa membangun jembatan. Untuk bisa menghubungkan kedua desa tersebut. Pasalnya, jika ingin melewati jalan memutar, warga harus menempuh jalan sekitar 12 kilometer (km).
“Ya jalan muternya jauh. Kalau ada jembatan kan enak. Disini yang lewat juga banyak,” ujar salah seorang warga, Maryam, Selasa (25/5/2021) siang.
Selain itu, menurut Maryam, sering ia temui kendaraan roda empat yang salah dan tersesat melalui jalan itu. Padahal, jalan tersebut hanya bisa dilalui kendaraan roda dua.
Sedankang berdasarkan cerita yang ia dapat dari warga yang tersesat, mereka kebanyakan memanfaatkan penunjuk arah dari google maps.
“Kalau ceritanya mereka (pengguna mobil), katanya yang menuntun ke jalan itu ya google maps. Jadi mereka tersesat. Ya harus balik, karena memang engga ada jalan (jembatan) penghubungnya,” imbuh dia.
Untuk itu, dia berharap agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang bisa segera membangun jembatan. Untuk menghubungkan dua desa di dua kecamatan tersebut.
“Dari dulu kayaknya sudah pernah bolak balik ditinjau. Tapi engga tau mau apa. Sampai sekarang juga engga ada jembatannya. Warga juga masih pakai ‘getek’. Itupun juga terlihat bahaya, sungainya besar,” pungkasnya.(yan)