AMEG – Prestasi membanggakan diukir dua mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan (FKP) Universitas Airlangga (Unair) dengan menyabet Juara III lomba esai tingkat nasional. Tema yang diangkat adalah optimalisasi limbah kulit udang dan sabut kelapa untuk meningkatkan filtrasi Covid-19.
Keduanya adalah Aliffiansyah Rizky Ergion dan Yolandha Sephiani Nurhafifah. Keduanya mengikuti event yang diselenggarakan Universitas Jambi pada Minggu (28/3/2021), bertajuk Bio Expo 2021.
Ide esai yang mereka usung berjudul ‘Mask Gabut: Inovasi Masker Ramah Lingkungan Berbahan Nano-fiber dan Filter Catridge dengan metode Electro-spinning sebagai Upaya Optimalisasi Limbah Kulit Udang dan Sabut Kelapa dalam Meningkatkan Filtrasi Covid-19’
Potensi limbah kulit udang dan sabut kelapa yang melimpah melatarbelakangi Alif dan Yolandha mengambil gagasan itu. Lebih lanjut mereka menyebut, potensi limbah kulit udang dan sabut kelapa bisa menyulap produk bernilai rendah (low price) menjadi tinggi (high price).
Keresahan yang mereka alami terkait penggunaan masker menjadi poin utama. Mereka juga menduga, masyarakat masih kurang peduli terhadap bahan dan cara pemakaian masker yang tepat.
“Fenomena banyaknya masyarakat yang mencuci ulang masker sekali pakai atau bahkan menggunakan masker berbahan tipis dengan kemampuan filtrasi yang diragukan, maka ide kami adalah mengolah kulit udang menjadi nano-fiber dengan penambahan filter catridge dari sabut kelapa dengan menggunakan metode electro-spinning,” jelas Alif selaku ketua tim.
Ide Alif dan Yolandha itu kemudian melahirkan masker berulang pakai dari bahan dasar limbah. Cara pemakaiannya pun sangat mudah, hanya dengan mengganti filter secara rutin untuk menjaga efektivitas filtrasi.
Yang tak kalah hebat, keduanya menyandang gelar Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) FPK 2020-2021. Mereka juga kerap kali menjuarai berbagai lomba nasional lainnya.
Melalui keikutsertaan lomba, keduanya membuktikan bahwa gelar Mawapres yang diemban tidak hanya sebatas predikat, melainkan sebuah titipan amanah dari dosen dan mahasiswa FPK.
“Saya lebih memotivasi teman-teman FPK lain, berprestasi baik di bidang akademik maupun non-akademik. Saya dan Yolandha sudah ikut beberapa lomba sebelumnya. Tentu saja tidak semuanya berbuah hasil yang baik. Dari kegagalan itu kita evaluasi lagi apa yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan,” terang Alif.
“Kita juga berpegang teguh pada nasihat dosen, bahwa segala sesuatu membutuhkan proses yang pasti menyakitkan, tetapi dari proses itu hasilnya akan memuaskan,” imbuhnya.
Alif dan Yolandha mengajak mahasiwa lainnya untuk percaya diri mengeksekusikan ide dan gagasan melalui karya. Menurut mereka, pandemi bukan pembatas diri kita untuk berprestasi, melainkan bisa menjadi jalan untuk mengeksplorasi hal-hal baru. “Jangan takut sebelum memulai. Jangan menyerah sebelum berjuang,” terang Yolandha menimpali. (ekn)